Jumat, 18 Februari 2011

JESUS DAMAI SEJAHTERA KITA

Damai Kutinggalkan bagimu, damai [sendiri] saya sekarang saya memberikan dan mewariskan kepada Anda. Not as the world gives do I give to you… Bukan sebagai dunia memberikan saya berikan kepada Anda ...
JOHN 14:27 JOHN 14:27
Jesus' statement above is worded as though He willed us His peace. 'Pernyataan Yesus di atas adalah kata-katanya seolah-olah Dia menghendaki kita damai sejahtera-Nya. Jesus left us His peace. Yesus meninggalkan kita damai-Nya. This means that living in turmoil, worry, anxiety, fear, and frustration for a believer is abnormal. Ini berarti bahwa hidup dalam kekacauan, khawatir, cemas, takut, dan frustrasi bagi orang percaya adalah abnormal. God doesn't want us to live that way. Tuhan tidak ingin kita hidup seperti itu. The Bible shows us how to receive and live in the peace Jesus left for us. Alkitab menunjukkan kepada kita bagaimana menerima dan hidup dalam damai Yesus meninggalkan untuk kita.
As believers, we have a tremendous amount of God's protection on and around us. Sebagai orang percaya, kita memiliki sejumlah besar perlindungan Allah di dan sekitar kita. (Psalm 91.) God wants to bless us abundantly and is always looking for ways to bless and reach us with His love so that we will be more open to receiving His blessings. (Mazmur 91.) Allah ingin memberkati kita berlimpah dan selalu mencari cara untuk memberkati dan menjangkau kita dengan kasih-Nya sehingga kita akan lebih terbuka untuk menerima berkat-Nya. (John 10:10, Ephesians 3:20, 2 Chronicles 16:9.) (Yohanes 10:10, Efesus 3:20, 2 Tawarikh 16:9.)
But our salvation as Christians doesn't guarantee a trouble-free life. Tapi keselamatan kita sebagai orang Kristen tidak menjamin kehidupan yang bebas masalah. We will still encounter problems. Kami masih akan menghadapi masalah. Every one of us at different times in our life go through seasons when things don't work out the way we would like. Setiap salah satu dari kami pada waktu yang berbeda dalam hidup kita melalui musim ketika hal-hal tidak berjalan seperti yang kita inginkan. But Jesus, the Prince of Peace (Isaiah 9:6), has overcome the world. Tetapi Yesus, Raja Damai (Yesaya 9:6), telah mengalahkan dunia.
I have told you these things, so that in Me you may have [perfect] peace and confidence. Saya telah mengatakan hal-hal ini, sehingga di dalam Aku Anda mungkin memiliki kedamaian [sempurna] dan kepercayaan diri. In the world you have tribulation and trials and distress and frustration; but be of good cheer [take courage; be confident, certain, undaunted]! Di dunia Anda telah kesusahan dan cobaan dan kesulitan dan frustrasi, tetapi menjadi riang gembira [mengambil keberanian, percaya diri, yakin, tak gentar]! For I have overcome the world. Karena Aku telah mengalahkan dunia. [I have deprived it of power to harm you and have conquered it for you.] [Saya telah kehilangan itu kekuatan untuk menyakiti Anda dan telah menaklukkan untuk Anda.]
JOHN 16:33 JOHN 16:33
In John 14:1 just before His return to His Father in heaven, Jesus left us with these words: Dalam Yohanes 14:01 sebelum kembali Nya kepada Bapa-Nya di sorga, Yesus meninggalkan kami dengan kata-kata:
Do not let your hearts be troubled (distressed, agitated). Jangan biarkan hatimu gelisah (sedih, gelisah). You believe in and adhere to and trust in and rely on God; believe in and adhere to and trust in and rely also on Me. Anda percaya dan taat dan kepercayaan dalam dan bergantung pada Allah, percaya dan taat dan kepercayaan dalam dan bergantung juga pada Me.
The remaining part of John 14:27, partially quoted previously, says: Sisa bagian dari Yohanes 14:27, sebagian dikutip sebelumnya, mengatakan:
…Do not let your hearts be troubled, neither let them be afraid. ... Jangan biarkan hatimu gelisah, tidak membiarkan mereka takut. [Stop allowing yourselves to be agitated and disturbed; and do not permit yourselves to be fearful and intimidated and cowardly and unsettled.] [Stop dirimu memungkinkan untuk menjadi gelisah dan terganggu, dan tidak mengizinkan dirimu menjadi takut dan diintimidasi dan pengecut dan gelisah.]
Romans 14:17 tells us that Kingdom living is righteousness, peace, and joy in the Holy Spirit. Roma 14:17 mengatakan kepada kita bahwa hidup Kerajaan adalah kebenaran, damai, dan sukacita dalam Roh Kudus. Luke 17:21 tells us the kingdom of God is within us. Lukas 17:21 memberitahu kita Kerajaan Allah ada di dalam kita. We were made righteous, or made in rightstanding with God, when we entered into a personal relationship with Jesus. Kita diciptakan benar, atau dibuat dalam rightstanding dengan Tuhan, ketika kami mengadakan hubungan pribadi dengan Yesus. (2 Corinthians 5:21.) Joy and peace are two of the fruit of the Holy Spirit (Galatians 5:22,23) and are inside those of us who believe in Jesus. (2 Korintus 5:21.) Joy dan perdamaian adalah dua buah Roh Kudus (Galatia 5:22,23) dan berada di dalam mereka yang percaya dalam Yesus. They are ready to be released. Mereka siap akan dirilis. We enter into the joy and peace of God's kingdom through believing. Kami masuk ke dalam sukacita dan damai kerajaan Allah melalui percaya.
JUST BELIEVE HANYA PERCAYA
In the passage below we are told the God of hope will fill us with all joy and peace as we believe, so that we may abound and be overflowing - bubbling over - with hope. Di bagian bawah ini kita diberitahu Allah harapan akan mengisi kita dengan segala sukacita dan damai karena kami percaya, sehingga kita dapat berlimpah dan meluap - menggelegak over - dengan harapan.
May the God of your hope so fill you with all joy and peace in believing [through the experience of your faith] that by the power of the Holy Spirit you may abound and be overflowing (bubbling over) with hope. Semoga Tuhan harapan Anda sehingga mengisi Anda dengan segala sukacita dan perdamaian di percaya [melalui pengalaman iman Anda] yang oleh kuasa Roh Kudus Anda mungkin berlimpah dan meluap (menggelegak atas) dengan harapan.
ROMANS 15:13 ROMA 15:13
According to the writer of Hebrews, we who truly believe may enter into the blessed Sabbath rest of the Lord. Menurut penulis Ibrani, kita yang benar-benar percaya dapat masuk ke dalam perhentian Sabat diberkati Tuhan.
So then, there is still awaiting a full and complete Sabbath-rest reserved for the [true] people of God; Jadi, masih menunggu hari Sabat penuh dan lengkap-sisanya diperuntukkan bagi orang-orang [yang benar] Allah;
For he who has once entered [God's] rest also has ceased from [the weariness and pain] of human labors, just as God rested from those labors peculiarly His own. Sebab siapa yang telah begitu memasuki istirahat [Allah] juga telah berhenti dari [keletihan dan rasa sakit] tenaga kerja manusia, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan yang khusus-Nya sendiri.
Let us therefore be zealous and exert ourselves and strive diligently to enter that rest [of God, to know and experience it for ourselves], that no one may fall or perish by the same kind of unbelief and disobedience [into which those in the wilderness fell]. Karena itu marilah kita relakanlah hatimu dan mengerahkan diri kita sendiri dan berusaha dengan rajin untuk masuk bahwa sisa [Allah, untuk mengetahui dan pengalaman untuk diri kita sendiri], tidak ada yang dapat jatuh atau binasa oleh jenis yang sama ketidakpercayaan dan [ketidaktaatan yang akan menerima di padang gurun jatuh].
HEBREWS 4:9-11 Ibrani 4:9-11
In the Sabbath rest of the Lord we can cease from weariness and the pain of human labor. Dalam perhentian Sabat Tuhan kita dapat berhenti dari kelelahan dan rasa sakit tenaga kerja manusia. What is required to enter this rest? Apa yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam perhentian ini? A childlike attitude of faith. Sikap anak kecil iman.
We read in Mark 10:15 that Jesus told His disciples: Truly I tell you, whoever does not receive and accept and welcome the kingdom of God lilze a little child [does] positively shall not enter it at all . Kita membaca dalam Markus 10:15 bahwa Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barangsiapa tidak menerima dan menerima dan menyambut Kerajaan Allah lilze anak kecil [tidak] positif tidak akan masuk sama sekali.
A child's faith is simple. iman seorang anak sederhana. A child doesn't try to figure everything out and make a detailed blueprint plan of exactly how his deliverance will come. Seorang anak tidak mencoba untuk mencari segala sesuatu dan membuat rencana cetak biru rinci tentang bagaimana diselamatkan akan datang. He simply believes because the parents said they would take care of the problem. Dia hanya percaya karena orang tua mengatakan bahwa mereka akan mengurus masalah tersebut.
If members of the church have lost the joy of their salvation, sometimes the reason is the basis of their joy has been misplaced. Jika anggota gereja telah kehilangan sukacita keselamatan mereka, kadang-kadang alasannya adalah dasar dari sukacita mereka telah salah tempat.
When Jesus sent out the seventy to minister to the needs of others in His name, they came back rejoicing in their power over demons. Ketika Yesus mengutus tujuh puluh untuk melayani kebutuhan orang lain dalam nama-Nya, mereka kembali bersukacita dalam kekuasaan mereka atas setan. But Jesus said to them, …do not rejoice at this, that the spirits are subject to you, but rejoice that your names are enrolled in heaven (Luke 10:20). Tetapi Yesus berkata kepada mereka, ... jangan bersukacita atas ini, bahwa roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di surga (Lukas 10:20).
Jesus tells us we should rejoice, not because we have power over the demons or circumstances of this life, but because our names are enrolled in heaven. Yesus mengatakan bahwa kita harus bersukacita, bukan karena kita memiliki kuasa atas setan atau keadaan hidup ini, tetapi karena nama kami terdaftar di surga. Habakkuk 3:18 KJV says, Yet I will rejoice in the LORD, I will joy in the God of my salvation . Habakuk 3:18 KJV berkata, Namun saya akan bersukacita dalam TUHAN, akan sukacita I dalam Allah keselamatan saya. The joy of our salvation comes from the joy of the initial and greatest gift of all - God's love for us as expressed in His Son Christ Jesus. Sukacita keselamatan kita berasal dari sukacita dari karunia awal dan terbesar dari semua - kasih Allah bagi kita seperti yang diungkapkan di dalam AnakNya Yesus Kristus.
As believers, our joy and peace are not based in doing and achieving , but in believing . Sebagai orang percaya, sukacita dan damai kita tidak berbasis di lakukan dan mencapai, tetapi dalam percaya. Joy and peace come as a result of building our relationship with the Lord. Sukacita dan damai datang sebagai hasil dari membangun hubungan kita dengan Tuhan. Psalm 16:11 tells us in His presence is fullness of joy. Mazmur 16:11 mengatakan kepada kita di hadirat-Nya adalah kepenuhan sukacita. If we have received Jesus as our Savior and Lord, He, the Prince of Peace lives inside us. Jika kita telah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, Dia, Pangeran kehidupan Damai dalam diri kita. (1 John 4:12-15, John 14:23.) We experience peace in the Lord's presence, receiving from Him and acting in response to His direction. (1 Yohanes 4:12-15, Yohanes 14:23.) Kami mengalami kedamaian di hadapan Tuhan, menerima dari-Nya dan bertindak dalam menanggapi arah-Nya. Joy and peace come from knowing, believing - trusting in the Lord with simple childlike faith. Sukacita dan damai datang dari mengetahui, percaya - percaya di dalam Tuhan dengan iman seperti anak kecil yang sederhana.

sejahtera

arti sejahtera
1. aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dr segala macam gangguan);
me·nye·jah·te·ra·kan v membuat sejahtera; menyelamatkan (mengamankan dan memakmurkan dsb);
pe·nye·jah·te·ra·an n proses, cara, perbuatan menyejahterakan;
ke·se·jah·te·ra·an n hal atau keadaan sejahtera; keamanan, keselamatan, ketenteraman;
- jiwa kesehatan jiwa; - sosial keadaan sejahtera masyarakat.
 
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti.
  • Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
  • Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.
 

pengertian damai

Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.




 damai :: da.mai
1Kelas Kata:kata benda

Definisi:tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman:

Contoh:dl masa damai perindustrian maju pesat
2Kelas Kata:kata sifat

Definisi:tenteram; tenang:

Contoh:betapa damai hati kami
3Kelas Kata:kata benda

Definisi:keadaan tidak bermusuhan; rukun:

Contoh:penduduk kampung itu selalu hidup dng damai; semuanya dapat diselesaikan secara damai         

damai sejahtera

Arti Damai Sejahtera
Damai sejahtera yang dimaksud di sini tentu bukanlah seperti yang disampaikan “dunia” (Yoh 14:27). Tidak serupa dengan ungkapan seorang politisi yang ingin menguasai keadaan suatu wilayah atau negara melalui pidato-pidatonya yang mengusung isu perdamaian karena ingin mendapatkan dominasi/ dukungan politik. Hal ini juga tidak sama dengan kondisi fisik tertentu yang menjadikan seseorang merasa “puas” karena serba cukup dalam menikmati pakaian yang indah, makanan enak yang berlimpah, rumah bagus, mobil mewah, tempat liburan yang diidamkan, dan lain sebagainya (Luk 12:16-21). Damai-damai seperti ini bersifat semu dan sementara. Tidak bisa mengisi kekosongan harapan atau hati seseorang, tidak dapat menjembatani hubungan seseorang dengan orang lain, lingkungannya atau bahkan dengan Sang Pencipta-nya.
Sejak jatuh ke dalam dosa, manusia telah merasa kehilangan damai sejatera. Mereka berusaha bersembunyi dari Sang Pencipta karena mereka menjadi “sang tertuduh”. Dosa telah merampas damai sejahtera yang telah Tuhan tanamkan dalam diri mereka. Dosa menunjukkan kesalahan-kesalahan mereka. Menjadikan mereka takut terhadap bayangan hukuman yang akan diterima (Kej 3). Dosa membuat mereka terpisah dari Allah sehingga mereka tidak mungkin dapat bertemu Allah lagi. Dosa menyebabkan terjadinya segala macam jenis ketidakharmonisan, konflik dan pertengkaran. Dosa menjadi pemicu konflik di dalam diri atau luar diri seseorang, mendorong keinginan untuk selalu mementingkan diri sendiri (egois), memicu ketegangan, ketidakbahagiaan di dalam rumahtangga, di antara sahabat, di antara ayah, ibu, dan anak-anak, dan lain sebagainya.
Peran Tuhan Yesus
Oleh kematian Tuhan Yesus, tembok pemisah yang berupa dosa itu telah diruntuhkan sehingga manusia boleh kembali bersekutu dengan Allah secara langsung. Pada waktu penyaliban, seakan-akan tangan Tuhan Yesus yang satu menggenggam tangan manusia dan tangan-Nya yang lain menggandeng tangan Allah Bapa sehingga manusia yang sebelumnya sangat jauh dari Allah menjadi satu dengan Dia oleh pengorbanan Anak-Nya di kayu salib. Tuhan Yesus menjadi sumber damai sejahtera karena berkuasa mendamaikan manusia dengan Allah Bapa. Yesus adalah Raja Damai Sejahtera (Yes 9:6). Dia memberikan damai sejahtera-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya sehingga manusia yang percaya kepadaNya menjadi sanggup berdoa secara langsung kepadaNya.
Damai sejahtera yang dimaksud di sini merupakan hasil keinginan Roh (Roma 8:6). Damai ini juga merupakan salah satu buah Roh (Galatia 5:22). Keinginan dan buah Roh yang tumbuh karena seseorang lahir baru, iman dan percayanya kepada Tuhan Yesus, dan melakukan kehendakNya (Ef 2:14,17). Damai ini mendorong seseorang menyerahkan hidupnya ke dalam tangan kuasa Tuhan dan memiliki keberanian untuk melakukan kehendak Tuhan dalam membawa damai sejahtera kepada kehidupan nyata (Mat 5: 9).


Peran Kita dalam Membawa Damai Sejahtera
Ungkapan “Berbahagialah orang yang membawa damai” dalam Matius 5:3-12 ternyata tidak bisa dilepaskan begitu saja dari ungkapan-ungkapan sebelumnya. Ungkapan ini memiliki arti yang sangat dalam. Tuhan Yesus tidak menyampaikannya secara tiba-tiba tanpa pengertian dari konteks awal terlebih dahulu. Seseorang yang ingin membawa damai sebaiknya (atau lebih tegasnya, “seharusnya”) adalah orang yang terlebih dulu diubahkan untuk menjadi miskin di hadapan Allah (ayat 3), mampu mengerti kehendak Tuhan (ayat 4), lemah lembut (ayat 5), lapar dan haus akan kebenaran (ayat 6), murah hati (ayat 7), suci hati (ayat 8), sanggup menyatakan kebenaran walaupun terancam untukdianiaya dan difitnah karena kebenaran yang mereka sampaikan (ayat 10). Ia harus lahir dari kasih yang sejati terhadap Allah dan sesama manusia.
Dapat diumpakan andaikata terdapat dua pihak yang sedang bersengketa, seorang pembawa damai adalah seseorang yang mengenal dan dikenal serta bisa dipercaya kedua belah fihak dengan baik. Orang yang demikian adalah orang yang dikenal “baik” sebagai orang yang bisa dipercaya omongannya, janjinya dan perbuatannya. Damai dan kebenaran tidak dapat dipisahkan. Orang yang membawa damai sejahtera adalah orang yang berani angkat bicara menentang kejahatan dan dosa. Tanpa kebenaran, seseorang tidak punya dasar untuk membawa damai sejahtera. Dasar yang pasti bagi damai sejahtera yang abadi ialah keadilan dan kebenaran. Seorang pembawa damai tidak dapat membawa damai dengan mengesampingkan kebenaran.
Seseorang akan merasa kesulitan mendamaikan pertengkaran pasangan suami-istri bila dalam kehidupannya sehari-hari ia sering bertengkar dengan pasangan hidupnya dan/ atau tetangganya. Sangat sulit membawa damai jika pada saat membawa damai, satu atau dua pihak berkata, "Kamu sendiri tidak memberikan contoh yang baik" (yang bisa berarti bahwa mereka tidak percaya kepadanya karena tidak menyampaikan kebenaran yang patut ditiru) atau “kamu berpihak kepadanya” (yang bisa berarti bahwa tindakannya untuk menjadi “juru damai” dianggap tidak tulus).
Betapa tingginya panggilan sebagai pembawa damai sejahtera! Membawa damai sejahtera tidak segampang berbicara, menggurui orang lain, mengibarkan spanduk dan berarak di jalan sambil berteriak-teriak tentang “damai”. Orang lain bisa menilai dari berbagai macam aspek berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidup mereka. Membawa damai sejatera bisa juga dianggap sebagai pekerjaan yang berbahaya. Jika tidak tepat dan bijak, seseorang malah bisa menjadi sasaran“pertengkaran” kedua belah pihak yang sedang bersengketa.
Saat seseorang menerima damai sejahtera dari TUHAN, ia tidak perlu lagi merasa gentar dan takut. Paulus dan Silas adalah dua model anak-anak TUHAN yang benar-benar merasakan dan mengalami damai sejahtera ALLAH. Walaupun disesah dan dipenjarakan di bawah tanah yang gelap, mereka tidak putus-putusnya mengucap syukur dan melantunkan pujian bagi kebesaran Nama TUHAN. Kondisi seburuk apapun tidak mempengaruhi damai sejahtera ALLAH yang melampaui segala akal manusia (Fil 4:7).


Tiga Prinsip Damai Sejahtera
"Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"
Lukas 2:14 (Matius 2:1-12) - Khotbah oleh Pastor Eric Chang
Hari ini, dengan kasih karunia Tuhan, saya akan menguraikan kepada Anda tentang pesan yang dibawakan oleh para malaikat di dalam Lukas 2:14. Perikop ini tentang para gembala yang sedang menjaga domba-domba mereka di malam hari. Tiba-tiba para malaikat muncul di hadapan mereka. Munculnya para malaikat bukanlah suatu hal yang luar biasa jika memang ada pesan penting yang harus disampaikan. Kata 'malaikat' ini di dalam bahasa Yunaninya, 'anggelos' memang berarti 'utusan'. Sebagai contoh, Yohanes Pembaptis, di Matius 11:10, juga disebut sebagai anggelos.
Di dalam ayat 10 malaikat itu berkata: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Sangat sedikit bayi yang bisa ditemukan berada dalam palungan. Jadi ini akan menjadi tanda yang aman karena sangat diragukan akan ada bayi lain yang lahir dan dibaringkan dalam palungan. Palungan adalah tempat bagi makanan ternak di kandang. "Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.'"
Tiga Prinsip Damai Sejahtera
Dalam menguraikan tentang damai sejahtera, saya akan memberikan tiga hukum atau prinsip rohani yang ditemukan di dalam Kitab Suci. Di sekolah kita belajar mengenai hukum tentang materi, yang disebut ilmu fisika. Namun yang ingin saya sampaikan adalah hukum spiritual, hukum tentang kehidupan rohani. Kita belajar fisika untuk memahami segala sesuatu tentang sesuatu zat atau benda supaya kita dapat gunakan dan manfaatkannya dengan lebih baik. Dengan cara yang sama jika kita ingin mendayagunakan kekuatan rohani dan supaya kita tidak melakukan kesalahan rohani maka kita harus mengetahui hukum spiritual.
Hukum pertama: Di mana ada Kekudusan di situ ada Damai Sejahtera
Prinsip rohani yang pertama adalah bahwa damai sejahtera tidak dapat dipisahkan dengan kebenaran atau kekudusan. Damai sejahtera dan kebenaran selalu berjalan beriringan. Itu berarti jika tidak ada kebenaran, maka tidak akan ada damai sejahtera. Hanya jika ada kebenaran atau kekudusan maka ada damai sejahtera. Allah tidak berkenan kepada dosa dan kepada mereka yang gemar berbuat dosa. Allah tidak berkenan kepada mereka yang jahat atau yang berkubang dalam kejahatan.
Damai sejahtera dan Kekudusan Tak terpisahkan
Apakah Anda mempunyai damai sejahtera? Maksud saya damai sejahtera rohani yang mendalam. Anda tidak akan dapat mengalami damai sejahtera dan tidak akan mengerti arti damai sejahtera di dalam kekayaan maknanya sebelum Anda belajar untuk hidup berkenan kepada Allah. Damai sejahtera hanya akan Anda alami setelah Anda menyerahkan segenap hidup kepada-Nya dan hidup di jalan-Nya. Ada orang Kristen yang berkata, "Kau tahu, aku adalah orang Kristen, tetapi aku tidak punya damai sejahtera." Mengapa sampai Anda menjadi Kristen tanpa memiliki damai sejahtera?
Damai sejahtera bukanlah hal yang tanpa syarat, buka sekedar urusan dibaptis lalu Anda menerima damai sejahtera. Baptisan itu dapat diibaratkan seperti mengambil satu langkah untuk memasuki kerajaan Allah, namun masih ada satu perjalanan panjang yang harus Anda tempuh. Ada kehidupan yang harus Anda jalani sebagai warga kerajaan Allah, atau sebagai anggota keluarga Allah. Nah, jika Anda bercita-cita untuk menjalani hidup yang selalu berkenan kepada-Nya dan berkata, "Aku gemar mengerjakan kehendak-Mu, ya Allah," seperti yang Yesus katakan di Ibrani 10:7, maka orang semacam itu akan dipenuhi oleh damai sejahtera. Di mana ada kekudusan di situ ada damai sejahtera. Jika Anda tidak menikmati damai sejahtera, maka itu berarti Anda masih menyimpan dosa di dalam hati Anda.
Dosa adalah unsur yang sangat mengganggu. Sisi negatif dari hukum rohani adalah di mana ada dosa, pasti akan ada keresahan dan kegelisahan. Walaupun Anda seorang jutawan, Anda tidak akan dapat membeli damai sejahtera. Tak ada cara lain bagi Anda untuk memiliki damai sejahtera tanpa memiliki kekudusan. Tidak akan ada damai sejahtera jika ada ketidak-benaran di dalam hati Anda.
Pesan yang dibawa oleh para malaikat ini adalah bahwa damai sejahtera itu ditujukan bagi mereka yang berkenan kepada Allah. Tak ada jalan lain. Anda bisa saja membeli obat penenang. Jika Anda punya uang, Anda bisa menikmati obat bius dan menelan obat tidur sampai Anda tidak mampu berpikir lagi. Atau Anda bisa minum minuman keras dan dimabukkan oleh alkohol. Pagi berikutnya, Anda terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa di kepala Anda, damai sejahteranya hilang lagi, sampai Anda menenggak botol alkohol yang berikutnya. Anda tidak akan mendapatkan damai sejahtera dengan bahan-bahan kimia. Damai sejahtera tidak dapat dibeli. Anda tidak akan bisa mendapatkan damai sejahtera di dalam hati yang hanya datang bersama dengan kekudusan. Inilah hukum rohani yang anehnya jarang dibahas di dalam gereja-gereja zaman sekarang.
Bukti-bukti Alkitab
Di dalam Alkitab, entah di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, Anda akan menemukan bahwa damai sejahtera dan kekudusan selalu berjalan beriringan.  Banyak referensi Alkitab yang menegaskan hal ini. Sebagai contoh, di dalam Ibrani 12:14, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Tanpa kekudusan, tidak ada yang akan melihat Allah, dan tanpa damai sejahtera, maka Anda tidak akan melihat Allah. Damai sejahtera dan kekudusan selalu berkaitan.
Nah sebagai orang Kristen tentunya Anda sudah sangat memahami bahwa setiap kali Anda berbuat dosa, maka damai sejahtera Anda hilang. Pernahkah Anda mengalami itu? Tiba-tiba saja damai sejahtera Anda menghilang. Anda menjadi gelisah dan mudah tersinggung. Anda menjadi gugup dan tegang. Anda menjadi murung dan sedih. Malahan, kejiwaan Anda terganggu di saat Anda meninggalkan kekudusan dan kebenaran. Setelah Anda mengembalikan kekudusan dan kebenaran ke dalam hidup Anda, dengan segera damai sejahtera Allah membanjiri hati Anda. Anda tidak memerlukan obat penenang, alkohol atau segala macam tongkat penopang. Ungkapan yang sangat indah di Filipi 4:7 berkata, "damai sejahtera Allah akan menjaga hati Anda di dalam Kristus Yesus".
Terdapat juga beberapa ayat seperti 2 Timotius 2:22. Yang ini khusus ditujukan kepada orang-orang muda. Karena adanya beberapa dorongan alamiah, mereka bertindak ceroboh dan akibatnya mereka kehilangan damai sejahtera mereka. Sebagai contoh, di pasal 2, "Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan(kebenaran atau righteousness), kesetiaan, kasih dan damai." Perhatikan sekali lagi, di sini ada kesatuan antara kebenaran yang berada di awal daftar dan damai yang berada di akhir daftar dari empat kebajikan itu. Anda lihat betapa keduanya selalu berkaitan: kebenaran dan damai sejahtera. Ayat itu dilanjutkan dengan "bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni".
Nah, jika kita tidak mengerti apa itu kebenaran, maka Paulus menjelaskannya bagi kita sebagai hati yang murni. Ini sudah cukup gamblang. Kebenaran yang Paulus sampaikan di sini adalah kebenaran dari hati yang murni. Berbahagialah mereka yang berhati suci karena mereka akan melihat Allah. Tanpa kekudusan, tak seorang pun bisa melihat Allah. Orang yang berhati sucilah yang akan melihat Allah.
Satu lagi contoh di 2 Petrus 3:14 yang juga berbicara tentang damai sejahtera. "Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini (yaitu langit dan bumi yang baru), kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. Saat Anda tanpa cacat dan noda, berhati murni, mengasihi kebenaran, maka Anda akan mendapatkan damai sejahtera. Anda akan melihat bahwa di sepanjang Kitab Suci, 'damai sejahtera' tidak dapat dipisahkan dari 'kebenaran'. Paulus menggunakan kata-kata seperti 'murni hatinya', atau 'tanpa cacat dan noda', semua itu adalah suatu ungkapan dari  kebenaran dan kekudusan. Dia memakai ungkapan-ungkapan yang berbeda itu supaya kita tidak berusaha untuk memakai penjelasan-penjelasan teologis untuk mengaburkan makna kebenaran ini. Tidak! Paulus sedang berbicara tentang kekudusan yang praktis, kemurnian di dalam hati, keadaan tanpa cacat dan tanpa noda.
Lalu bagaimana caranya mencapai kekudusan ini? Nah, mari kita lihat 1 Tesalonika 5:23, "Semoga Allah damai sejahtera (Allah adalah Allah damai sejahtera, mengapa? Karena Dia adalah Allah yang kudus) menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat (perhatikan sekali lagi, sempurna dengan tak bercacat, kembali ke masalah kekudusan) pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Allah adalah Allah damai sejahtera karena Dia adalah Allah yang kudus, yang adil dan Dia menjadikan kita kudus. 
Akan tetapi ingatlah juga, bahwa, sekalipun Anda adalah seorang Kristen dan umat pilihan, Allah bisa saja tidak berkenan kepada Anda. Dia tidak akan berkenan kepada Anda jika Anda menginginkan hal yang jahat dan mengasihi dosa. Inilah peringatan Paulus di dalam 1 Korintus 10:5, sehubungan dengan kebinasaan umat Israel di padang gurun, "Tetapi sungguh pun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka (siapakah mereka ini? Mereka adalah para leluhur bangsa Israel.) Di dalam ayat 1, ia berkata, "Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut." (Dan di dalam ayat 5 dikatakan, bahwa sekalipun mereka telah diselamatkan dari Mesir.) Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka." Kata berkenan ini adalah kata yang persis sama dengan yang ada di dalam Lukas 2:14 – "damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya".
Namun apa yang terjadi pada leluhur mereka, umat pilihan yang nyata-nyata sudah diselamatkan secara ajaib dari Mesir? Ternyata Allah tidak berkenan dengan mereka! Ini yang saya khawatirkan, bahwa Allah tidak akan berkenan dengan sebagian besar dari orang Kristen di zaman ini. Dan Paulus saat itu sedang berbicara kepada orang-orang Kristen. Itulah sebabnya dia berkata di dalam ayat 6: Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. Peringatan bagi kita yang telah diselamatkan adalah agar kita tidak menginginkan hal-hal yang jahat seperti mereka. Camkanlah hal tersebut dengan baik.
Hanya dengan pemahaman itu baru Anda bisa mengerti tentang makna dari pesan para malaikat. Mengapa mereka tidak berkata, "Damai sejahtera di bumi"? Tidak. Tak akan ada damai sejahtera di bumi. Tetapi "damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berhati benar" atau yang "berkenan kepada-Nya" atau yang "menyenangkan hati Allah". Mengapa? Karena mereka mengasihi kebenaran. Tetapi, sekalipun sekarang ini Anda benar, tetapi jika Anda berpaling dari kebenaran dan hidup tanpa kemurnian di hati, maka Allah tidak akan berkenan dengan Anda.
Apakah yang terjadi pada mereka yang berada di padang gurun, yang tidak berkenan kepada Allah itu? Di 1 Korintus 10, mereka semua mati di padang gurun. Mereka dibinasakan. Mereka diselamatkan keluar dari Mesir akan tetapi mereka mati di padang gurun. Paulus berkata, "Saya mau agar kalian mengingat hal tersebut. Semua itu tertulis sebagai peringatan bagi kita." Di dalam Ibrani 10:38, penulis surat Ibrani berkata, Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Akhir hidup orang ini juga akan berujung pada kebinasaan. Biarlah Ibrani 10:38 menjadi peringatan bagi kita.
Di 1 Tesalonika 4:3,7 dikatakan bahwa kita ini dipanggil untuk hidup kudus. Dan Kolose 3:15 memberitahu kita bahwa kita dipanggil untuk hidup di dalam damai sejahtera. Kita dipanggil untuk masuk ke dalam damai sejahtera karena kita dipanggil untuk menjadi kudus.
Perjanjian Lama Menegakkan Hal yang sama
Kita menemukan prinsip yang persis sama di Perjanjian Lama. Sebagai contoh di Yesaya 32:17 atau di Yesaya 59:7-8, semuanya menyatakan prinsip ini secara jelas. Kebenaran atau keadilan ditemukan beriringan dengan damai sejahtera. Itu sebabnya mengapa Yesaya 57:21 menyatakan Tuhan berfirman bahwa tak ada damai sejahtera bagi mereka yang jahat. Bagi orang-orang yang jahat, tidak ada damai sejahtera. Mereka tidak akan mendapatkan damai sejahtera baik di langit, di bumi atau pun di bawah tanah. Tidak tersedia damai sejahtera bagi mereka yang tidak mengasihi kebenaran.
Terdapat suatu ucapan yang indah di dalam Mazmur 85:11 - keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Sungguh indah! Kebenaran/keadilan dan damai sejahtera diibaratkan seperti sepasang burung. Mereka berpadu secara indah di dalam Alkitab. Anda tidak bisa memisahkan mereka. Itulah prinsip yang mendasar di dalam Kitab Suci dan saya harap agar Anda memahaminya secara mendalam.
Hukum Kedua: Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus
Hukum rohani yang kedua adalah ini: Damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus. Prinsip pertama tadi juga terkandung di dalam prinsip yang kedua ini. Kristus adalah damai sejahtera kita karena Dialah kebenaran kita. Sebagai contoh, di Efesus 2:14 disebutkan bahwa Kristus adalah damai sejahtera kita. Namun di dalam 1 Korintus 1:30, dikatakan bahwa Kristus adalah kebenaran dan kekudusan kita. Dia adalah damai sejahtera kita karena Dia adalah kebenaran dan kekudusan kita. Bagaimana Dia bisa menjadi damai sejahtera dan kekudusan kita? Kita baca pernyataan yang indah itu di dalam Yesaya 53:5 yang di dalam Authorized Version tertulis the chastisement of our peace was upon him (di dalam LAI, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya). Apakah artinya the chastisement of our peace (ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita)? Artinya adalah bahwa Dia menanggung ganjaran itu untuk menjamin damai sejahtera kita. Dia menderita dalam rangka menegakkan damai sejahtera bagi kita – ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Dialah yang dapat membuat damai sejahtera itu menjadi mungkin kita peroleh. Karena kita ini adalah orang berdosa, maka kita berada dalam kutukan untuk tidak pernah memiliki damai sejahtera. Tak ada harapan bagi kita untuk memperoleh damai sejahtera. Namun di sinilah keindahannya, yaitu bahwa Dia datang untuk menegakkan damai sejahtera bagi kita. Dia membuka peluang bagi orang berdosa untuk menjadi orang benar dan, dengan demikian, memiliki damai sejahtera.
Tidak ada jalan pintas untuk damai sejahtera. Kebenaran tidak dapat diabaikan. Anda harus memiliki kebenaran untuk memiliki damai sejahtera. Hal ini menjelaskan mengapa Yesus harus mati. Jika Dia tidak mau menanggung hukuman atas dosa, maka tidak akan ada damai sejahtera. Kita tidak akan memperoleh damai sejahtera. Kita akan berada di bawah kutukan untuk selalu diliputi kegelisahan.
Di dalam Alkitab, damai sejahtera selalu dikaitkan dengan kehidupan. Hidup dan damai sejahtera berjalan beriringan. (Sebagai contoh, Roma 8:6, atau Maleakhi 2:5.) Nah, bagaimanakah cara Yesus mengamankan damai sejahtera bagi kita ini? Ya, melalui salib-Nya. Itulah makna dari ganjaran. Melalui salib-Nya, Dia menegakkan damai sejahtera bagi kita. Pokok ini dapat kita lihat di Roma 5:1, Kolose 1:20 dan sebagainya.
Diselamatkan berarti ditransformasi menjadi Manusia Baru
Yang kedua, Yesus tidak sekadar menjalankan hukuman legal di salib yang membatalkan kuasa maut ke atas kita. Karena kalau sebatas itu saja, maka kebenaran itu masih eksternal bagi kita. Jika kebenaran itu hanya sebatas kulitnya saja, maka damai sejahteranya juga hanya pada kulitnya saja. Artinya, jika secara hukum saya dinyatakan benar, maka saya berada di dalam kedudukan hukum yang baru. Artinya, saya ditunjuk atau ditetapkan menurut hukum sebagai benar, dan itu adalah suatu kedudukan yang sangat luar biasa bagi seorang pelaku kejahatan. Dia yang bersalah dinyatakan tidak bersalah. Itu bagus. Tapi bagaimana dengan diri orang itu? Dia tetap saja pelaku kejahatan. Dan dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya, tetap saja masih bisa dia lakukan lagi, dan dia akan kembali lagi ke meja pengadilan dengan tuduhan yang baru. Ini bukanlah kedudukan yang membawa kebahagiaan tentunya.
Nah sekarang ini, seringkali khotbah-khotbah yang disampaikan berpusat pada keselamatan dan pengampunan saja. Pengampunan itu memang indah akan tetapi masih belum cukup. Membebaskan seorang pembunuh berdarah dingin dan berkata, "Baiklah, aku akan membayar hukuman atas dosanya dan dia diampuni." Itu sangat bagus! Dengan demikian si pembunuh itu diampuni. Beranikah Anda membiarkan pembunuh ini keluyuran di jalanan lagi? Saya rasa orang yang melepaskan pembunuh itu berkeliaran lagi di jalanan adalah orang yang sangat tidak bertanggung jawab, karena pembunuh itu akan melakukan lagi aksinya. Atau seorang yang mengidap kleptomania, ketagihan mencuri, baiklah, dia telah mencuri sesuatu, dan Anda mengampuni dia karena dia berkata, "Aku menyesal." Baik, Anda mengampuni dia. Lalu apa yang akan terjadi? Anda bebaskan dia, dan dia akan mencuri lagi. Keselamatan seperti itu bukanlah keselamatan yang utuh.
Akan tetapi, itulah makna keselamatan yang sering dikhotbahkan sekarang ini. Padahal makna keselamatan lebih dari itu. Alkitab memberitahu kita bahwa diselamatkan berarti diubah menjadi manusia baru. Ini adalah perkara perubahan. Barangsiapa berada di dalam Kristus, maka dia adalah ciptaan yang baru. Itulah arti dilahirkan kembali, yaitu ia telah diubah! Itulah indahnya keselamatan. Dengan demikian, kita tidak sekadar dinyatakan benar secara hukum, tetapi Allah juga membentuk kita menjadi benar. Dia memberi Anda hati yang baru, begitulah kata-kata yang dipakai oleh Yehezkiel, Dia menaruh hati yang baru di dalam kita. Dia akan menyingkirkan hati batu dan menaruh hati daging, yaitu hati yang hidup di dalam kita. Yang mati dikeluarkan dan yang hidup dimasukkan. Kita diubahkan sepenuhnya. Kita dibuat menjadi benar. Itu sebabnya rasul Yohanes berkata di dalam suratnya yang pertama bahwa barangsiapa dilahirkan dari Allah tidak berbuat dosa. Watak yang baru di dalam diri Anda tidak berbuat dosa. Anda telah diubah! Anda telah ditransformasi! Sungguh indah!
Transformasi adalah suatu proses
Namun transformasi itu sendiri adalah suatu proses. Kita tidak serta merta menjadi baru dalam sehari. Sebagai orang Kristen, tentunya Anda tahu, betapa berat pergumulan melawan dosa itu. Penulis surat Ibrani berkata kepada orang-orang Ibrani, "dalam pergumulanmu melawan dosa, kamu belum sampai mengucurkan darah, kamu masih belum menuntaskan pergumulanmu". Kita setiap hari berperang melawan dosa. Kita masih belum sempurna. Seperti kata Paulus di dalam Filipi 3, bukannya karena aku sudah sempurna, namun aku terus berlari ke depan. Artinya, kadang kala di dalam pergumulan kita melawan dosa, Anda akan mendapati bahwa damai sejahtera terganggu. Sebagai contoh, jika Anda membiarkan dosa meresap ke dalam hidup Anda maka Anda akan kehilangan damai sejahtera itu. Hubungan Anda dengan Allah masih bertahan. Damai sejahtera di permukaan masih terlihat, akan tetapi damai sejahtera yang di dalam hati hilang. Karena itu seorang Kristen yang belum membulatkan tekad di dalam hatinya untuk melawan dosa maka hidupnya sangatlah merana.
Sebagai contoh, Anda mungkin sedang bermain-main dengan suatu pikiran dosa dan untuk sesaat Anda menikmatinya. Tiba-tiba saja Anda mendapati bahwa damai sejahtera Anda menghilang. Pernahkah Anda mendapati hal semacam itu? Lalu muncullah pergolakan dan Anda tidak lagi menikmati dosa yang tadinya sempat Anda nikmati. Malahan sekarang dosa itu membuat Anda tidak tenang dan menderita karena Anda telah membiarkan sesuatu yang najis ke dalam hidup Anda. Anda kehilangan damai sejahtera yang seharusnya berhak Anda miliki di dalam Kristus.
Itulah sebabnya mengapa kita harus senantiasa bergantung kepada Roh Kudus untuk selalu membawa kembali kekudusan dan damai sejahtera ke dalam hidup kita. Roh Kudus juga adalah Roh damai sejahtera. Sebagai contoh, di dalam Galatia 5:22 kita lihat bahwa buah Roh adalah kasih, sukacita dan damai sejahtera. Ada ayat yang indah dari Mazmur 119:165, Besarlah ketenteraman (bukan sekadar damai saja melainkan damai yang besar) pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Oh, sungguh indah Taurat Allah! Nah, apa itu Taurat Allah? Nah, bacalah ayat yang sebelumnya, yaitu ayat 164: Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Orang yang mengasihi hukum Allah adalah orang yang mengasihi keadilan/kebenaran. Itu sebabnya mengapa dia memiliki damai sejahtera. Orang yang mengasihi kebenaran dan membenci dosa adalah orang yang memiliki damai sejahtera yang besar. Tetapkanlah hati Anda dengan kasih karunia dari Allah untuk mengasihi kebenaran. Dan selanjutnya Anda akan mendapati damai sejahtera dari Allah membanjiri hati Anda.
Tanpa Kekudusan tidak ada Damai Sejahtera
Namun seringkali keselamatan disampaikan tanpa mengaitkannya dengan kekudusan. Sebagai contoh, ayat yang sering tidak dikutip seluruhnya adalah Roma 6:23, "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.." Jadi, di satu sisi Anda melihat pasangan dosa dengan maut. Di sisi lain Anda melihat di dalam Kristus Yesus ada hidup yang kekal. Nah, saya yakin, tentunya Anda telah sering mendengar ayat ini dikhotbahkan. Akan tetapi satu unsur penting sering diabaikan. Apakah unsur yang sangat penting itu? Sering diberitakan bahwa Allah memberi Anda hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus melalui iman tanpa peduli apakah Anda benar atau tidak. Tidak ditekankan kasih akan kebenaran dan hidup yang kudus. Kekudusan dibuang begitu saja karena kekudusan disamakan dengan mengerjakan hukum Taurat. Ini adalah kesalahan yang paling besar. Jika Anda melakukan kesalahan yang ini, maka Anda akan menjadi bagian dari mereka yang tidak bahagia, yang menyebut dirinya 'Kristen' tetapi tidak tahu apa-apa tentang damai sejahtera.
Nah, dalam mengutip ayat ini kepada orang lain, Anda wajib menjelaskan juga ayat-ayat yang sebelum itu. Jangan pernah mengutip ayat keluar dari konteksnya. Apakah yang disampaikan oleh konteks yang ada di sini? Ayat yang berada persis sebelumnya, ayat 22 berbunyi, "Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan (itulah kekudusan) dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Anda tidak memiliki hidup yang kekal dan damai sejahtera tanpa adanya pengudusan. Anda tidak akan memperoleh damai sejahtera tanpa kekudusan. Anda tidak akan mendapatkan hidup yang kekal tanpa kekudusan.
Inilah hukum pertama yang saya uraikan tadi ini. Jika di dalam bidang teknik, maka ini bisa disamakan dengan prinsip pertama dari hukum termo-dinamika. Inilah hukum rohani yang penting untuk Anda pahami. Jika tidak, maka Anda akan membuat berbagai macam kesalahan yang mendasar. Di zaman sekarang ini, banyak yang memberitakan Injil tanpa memahami hukum rohani ini. Bayangkanlah seorang insinyur yang bekerja tanpa memahami prinsip yang pertama dari hukum termo-dinamika. Bencana macam apakah yang mungkin dia timbulkan? Jangan pernah memberitakan keselamatan seolah-olah Allah sedang membagikan hidup yang kekal sebagai hadiah gratis tanpa peduli apakah Anda akan melanjutkan hidup di dalam dosa atau tidak. Selama Anda percaya kepada Dia, maka Anda boleh berbuat dosa sebanyak yang Anda mau. Tidak akan ada masalah. Tak ada ajaran Alkitab mengenai hal semacam itu.
Baca sekali lagi ayat 22. Dia berbicara kepada orang-orang Kristen, dia tidak sedang berbicara kepada orang-orang non-Kristen. Dia berbicara kepada Anda: Tetapi sekarang, setelah kamu (kalian orang-orang Roma, kalian orang-orang Kristen) dimerdekakan dari dosa (lantas apa yang terjadi?) dan setelah kamu menjadi hamba Allah. Dan apa artinya menjadi hamba Allah? Apa hasil dari menjadi hamba Allah? Hasilnya (hasil dari menjadi hamba Allah) adalah pengudusan (kekudusan). Dia berbicara kepada orang-orang yang merupakan hamba Allah, para budak Allah. Mari kita tegaskan satu hal. Karunia hidup yang kekal ini diberikan kepada para budak Allah,  yang sudah dibebaskan dari dosa dengan kasih karunia Allah, dan pemberian itu dilakukan di akhir pengudusan. Perhatikan baik-baik, apakah kesudahannya? Kesudahan itu berkaitan dengan pengudusan. Dan kesudahan dari pengudusan adalah hidup yang kekal. Di mana ada damai sejahtera, di sana ada kehidupan, yaitu hidup yang kekal.
Di dalam hukum kedua disebutkan bahwa damai sejahtera hanya ada di dalam Kristus. Ini berarti hidup yang kekal dan keselamatan itu hanya ada di dalam Kristus. Ini juga berarti bahwa hanya saat Yesus datang ke dalam hidup saya, membebaskan saya dari belenggu dosa dan mengubah hidup sehingga saya menjadi budak Allah dan gemar mengerjakan kehendak-Nya, maka pada akhir dari proses ini, datanglah hidup yang kekal. Karunia hidup yang kekal dari Allah diberikan pada akhir dari proses pengudusan. Itulah yang dikatakan oleh surat Roma. Bacalah ayat tersebut dengan teliti. Firman Allah selalu konsisten. Ia tidak pernah bertentangan di dalam dirinya sendiri. Seperti selarasnya ciptaan Allah yang di dunia, demikian pula keselarasan hukum rohani-Nya. Dunia rohani berfungsi dengan aturan-aturan dan ketepatan sebagaimana yang terlihat di dunia materi, karena Allah-lah yang menciptakan keduanya, yang rohani dan yang jasmani.
Hukum Ketiga: Yang Baik dan yang Jahat adalah Lawan yang tak dapat disatukan
Hukum rohani yang ketiga dan yang terakhir adalah ini: Kebenaran pasti ditentang oleh kejahatan. Atau dengan kata lain, hukum rohani ini menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat adalah lawan yang tidak dapat disatukan. Mereka tidak akan pernah dapat disatukan. Anda tidak akan pernah dapat mempersatukan yang baik dan yang jahat, entah dalam diri satu orang atau pun di dalam dunia. Keduanya adalah dua kuasa yang tidak mungkin berdiri berdampingan secara bersama-sama. Mereka akan selalu berada dalam keadaan saling berlawanan dan salah satunya akan dikalahkan. Itulah alasan mengapa Anda tidak akan pernah dapat memiliki damai sejahtera jika Anda membiarkan kebenaran dan kejahatan hadir bersama-sama di dalam diri Anda. Itulah sebabnya Kitab Suci menuntut komitmen total dari kita.
Tak ada orang yang lebih sengsara daripada mereka yang tidak berkomitmen secara penuh. Dia menyerahkan separuh hidupnya dan yang separuh lagi tidak diserahkan. Yang separuh baik dan yang separuh lagi jahat. Separuh terang, separuh gelap. Dia tidak di sini, juga tidak di sana. Orang seperti itu akan hidup dalam kekacauan yang paling parah! Tidaklah adil jika kita berkata kepada orang bahwa dia bisa menjadi Kristen tanpa memberitahu dia bahwa dia harus menetapkan dengan tegas kemana dia berpihak. Sama seperti kata Yosua kepada umat Israel, "Jika Allah itulah Tuhan, maka sembahlah Dia. Tetapi jika berhala-berhala itulah tuhan, jika Baal adalah tuhan, maka sembahlah mereka.  Tetapi janganlah mencoba untuk berdiri di tengah-tengah dan menyembah dua-duanya." Jika uang adalah tuhan Anda, maka silakan Anda menyembah uang. Akan tetapi jika Allah yang hidup adalah Tuhan Anda, maka sembahlah Allah yang hidup. Jangan mencoba untuk menyembah keduanya. Jika Anda mencoba untuk menyembah keduanya, maka Anda akan masuk ke dalam kekacauan yang begitu hebat sehingga Anda mungkin berharap untuk tidak dilahirkan sama sekali!
Jangan jadikan hidup Anda medan pertempuran
Inilah prinsipnya: yang baik dan yang jahat tidak akan pernah bersatu. Mereka akan selalu berada dalam pertentangan satu dengan yang lain. Jika Anda biarkan keduanya ada di dalam diri Anda, maka hidup Anda akan mereka jadikan medan perang.
Apakah Anda ingin hidup Anda dijadikan medan perang antara kebaikan melawan kejahatan? Apakah Anda ingin Roh Kudus dan setan berperang memperebutkan Anda di sepanjang hidup Anda? Nah, tahukah Anda apa yang terjadi dengan daerah-daerah yang menjadi medan pertempuran? Bangunan-bangunan dijatuhi bom, ladang-ladang dibakar, segala sesuatunya hancur berantakan. Dan saya lihat begitu banyak orang Kristen yang hidup dalam keadaan yang berantakan karena peperangan berkutat di dalam dirinya sendiri. Ini adalah suatu bencana. Saya dibesarkan dalam suasana perang. Saya tahu apa akibat perang terhadap suatu negara. Dengan mata saya sendiri, saya pernah melihat peperangan. Mereka bertempur tepat di sekitar saya – senjata mesin dan meriam dan tank, dan pertempuran berlangsung di mana-mana! Orang-orang mati di jalanan. Apakah Anda ingin menjadikan hidup Anda sebagai medan perang?
Jika tidak, maka berkomitmenlah sepenuhnya. Putuskan dengan tegas kemana Anda akan berpihak, dan katakan, "Tuhan, dengan kasih karunia-Mu, aku menetapkan untuk berpihak ke sini dan aku akan bertahan di sini." Kata 'stand (berdiri, berpihak, bertahan)' adalah kata yang digemari oleh Paulus. Berdirilah tegak, katanya, dalam segala perlengkapan senjata Allah. Bertahanlah dan jangan pernah menyerah kepada yang jahat. Ini adalah hukum yang fundamental.
Tak akan ada damai sejahtera di dunia
Nah, di dunia ini tidak akan ada damai sejahtera. Saya adalah seorang yang realis (memandang secara apa adanya). Seorang Kristen adalah seorang yang realis. Di dunia ini, tidak akan ada damai sejahtera. Mengapa? Jika Anda memahami hukum rohani yang satu ini, maka Anda akan tahu mengapa. Karena di dunia ini ada pihak yang jahat. Dan pihak yang jahat menentang pihak yang baik. Itulah sebabnya, apapun yang dikatakan oleh para politikus, akan selalu ada perang di dunia ini. Karena kejahatan masih akan ada, selagi kerajaan Allah belum menegakkan kuasanya atas bumi dan menyapu kejahatan dari bumi.
Setiap orang yang memberitakan injil sosial dan mengira bahwa ia dapat menegakkan damai sejahtera di muka bumi ini adalah orang yang belum mengerti persoalan yang ada. Karena kejahatan tidak dapat dikalahkan dengan kekuatan senjata. Anda tidak akan dapat menyingkirkan kejahatan dengan kekuatan senjata, sama dengan kebaikan tidak dapat disingkirkan oleh kekuatan senjata. Tidak akan berhasil. Anda tidak dapat memakai sarana fisik untuk menegakkan damai sejahtera.
Saya telah memikirkan hal ini cukup lama karena saya sangat prihatin dengan dunia tempat tinggal kita. Ambisi saya dahulu adalah menjadi orang militer. Mudah-mudahan menjadi seorang jendral yang hebat, mungkin menjadi panglima perang, atau menjadi panglima tertinggi, supaya dengan kekuatan militer saya dapat menegakkan perdamaian. Saat itu saya sangat bodoh, sama bodohnya seperti para politikus zaman sekarang.
Damai sejahtera tidak dapat ditegakkan di bumi dengan kekuatan manusia, kekuatan militer, atau kekuatan ekonomi. Lihatlah betapa negara-negara dengan standar kehidupan yang tinggi diisi oleh masyarakat dengan ketegangan syaraf yang parah dan tingkat bunuh diri yang tinggi. Tak ada satupun negara miskin yang mampu menyaingi 'negera-negara maju' itu dalam hal statistik bunuh diri. Sedemikian parahnya tingkat gangguan mental yang dialami negara-negara yang berekonomi maju. Manusia tidak punya sarana apapun untuk mengatasi kejahatan. Tidak ada senjata yang dapat diandalkan untuk mengatasi kejahatan. Boleh saja manusia mengembangkan bom hidrogen, bom kobalt, bom atom, atau bom jenis apapun itu, akan tetapi tetap saja dia tidak dapat mengembangkan senjata yang bisa mengalahkan kejahatan.
Hanya di dalam Kristus ada damai sejahtera. Hanya Dia yang memiliki kuasa untuk mengatasi kejahatan. Apakah Anda ingin berbuat sesuatu bagi dunia ini? Kita harus memiliki keprihatinan pada dunia tempat tinggal kita ini. Akan tetapi kita juga harus menjadi orang yang realis. Tidak ada satupun cara bagi kita untuk menegakkan damai sejahtera di dunia ini selama kejahatan masih ada. Demikianlah, entah di dalam kehidupan pribadi Anda mau pun di dunia ini secara umum, hukum yang mendasar ini selalu berlaku. Kita bisa saja menikmati suatu masa tanpa ada peperangan, karena negara-negara yang bersaing itu tidak cukup kuat untuk mengalahkan lawannya. Jadi, di permukaannya kita menikmati gencatan senjata, akan tetapi kita tidak akan pernah memiliki damai sejahtera dalam arti yang sesungguhnya.
Itu sebabnya di dalam Matius 10:34 Yesus berkata, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Nah, pernyataan ini,  secara sekilas tampaknya bertolak belakang dengan pesan yang disampaikan oleh para malaikat. Akan tetapi tidak demikian. Pernyataan ini justru menguraikan tentang prinsip yang ketiga bahwa Yesus tidak datang untuk membawa damai ke dunia ini.
Ingatlah bahwa pesan yang dibawakan oleh para malaikat itu berbunyi: "Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya", bukan sekadar damai sejahtera di atas bumi. Alkitab tidak pernah menjanjikan damai sejahtera bagi bumi, melainkan damai sejahtera bagi orang yang benar, bagi orang yang berkenan kepada Allah dan yang mengasihi kebenaran. Kedatangan Yesus ke dunia ini sebenarnya justru meningkatkan peperangan melawan kejahatan. Itulah sebabnya Dia tidak datang membawa damai melainkan pedang, karena yang baik dan yang jahat tidak dapat disatukan.
Banyak orang yang bingung memahami Matius 10:34. Anda tidak perlu bingung. Jika Anda mengerti hukum rohani atau hukum kehidupan rohani yang ketiga ini, maka Anda akan memahami dengan sempurna apa yang dikatakan oleh Yesus. Setelah Yesus datang ke bumi, konflik antara yang baik dan yang jahat malahan semakin meruncing karena kekuatan kebaikan yang besar sedang hadir di bumi.
Alasan mengapa konflik itu semakin meruncing disampaikan oleh Yesus di dalam Yohanes 3:19, yaitu karena manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang. Kecenderungan masyarakat adalah lebih memilih kegelapan. Itulah sebabnya mengapa tidak akan ada damai sejahtera. Selama manusia belum diubah, maka keadaan dunia ini tidak akan dapat diubah. Percuma saja berusaha mengubah suatu negara tanpa mengubah masyarakatnya. Anda bisa saja mengubah perekonomiannya, angkatan perangnya, pendidikannya, akan tetapi selama manusianya sendiri masih manusia berdosa tidak akan ada damai. Manusia sekalipun dia adalah pendosa yang terdidik, pendosa yang makmur, pendosa jenis apapun itu namun dia tetap seorang yang berdosa. Tidak akan ada damai sejahtera di muka bumi ini sebelum kerajaan Allah hadir. Itulah sebabnya mengapa kita berdoa, "Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga." Saat datangnya kerajaan adalah saat berhentinya kejahatan manusia yang lebih menyukai kegelapan daripada terang. Hanya setelah kehendak Allah terlaksana maka akan ada damai sejahtera.
Orang Kristen pasti akan menderita di dunia ini
Lalu di mana posisi kita sebagai orang Kristen di dalam terang pemahaman hukum yang ketiga ini? Posisi kita sederhana saja. Jika kita orang benar maka kita pasti akan menderita di dunia ini. Semakin benar Anda, semakin baik Anda, maka semakin keras penolakan dan kepahitan dan aniaya yang akan Anda hadapi. Dan bersyukurlah kepada Allah akan hal tersebut. Karena itu berarti bahwa Anda masuk ke dalam golongan mereka yang baik karena Anda sudah menjadi target setan. Setan sedang bangkit menyerang Anda. Itu sebabnya, setiap orang Kristen yang memahami prinsip yang ketiga ini tidak akan bingung jika segala sesuatunya mulai tidak beres.
Anda ingin berbuat sesuatu bagi Tuhan dan segala sesuatu mulai tidak beres. Jika Anda memahami prinsip yang ketiga ini, maka Anda akan mengerti bahwa hal tersebut pasti terjadi. Saya katakan ini kepada setiap orang Kristen yang masih baru. Setiap orang Kristen, setiap orang yang berpihak kepada Kristus, bersiaplah menghadapi masalah, karena ada hukum yang menyatakan bahwa yang baik dan yang jahat tidak bisa diperdamaikan. Semakin baik Anda, maka akan semakin besar penolakannya. Contohnya Yesus, sedemikian keras penolakan terhadap Dia sehingga Dia dibunuh. Tak seorang pun dari kita yang sedemikian baik dan benar sehingga sampai menerima aniaya seburuk itu.
Semakin Anda melangkah maju di dalam kehidupan rohani, semakin benar dan kudus hidup Anda, maka akan semakin besar pula perlawanan dan kebencian yang akan datang kepada Anda. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Karena dunia membenci Aku, maka dunia juga akan membenci kamu." Jadi bersiaplah. Jangan kaget jika hal-hal tersebut mulai datang. Seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus, janganlah mengira bahwa sesuatu yang aneh sedang terjadi jika aniaya mulai datang melanda kamu. Pahamilah hukum rohani bahwa yang baik dan yang jahat selalu berada dalam konflik yang tak terdamaikan.
Damai sejahtera datang ke dunia ini hanya di dalam hati
Namun walaupun konflik yang terjadi itu sangatlah hebat, tetapi damai sejahtera yang ada di dalam hati sangatlah indah. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya di Yohanes 16:33, "Di dunia ini, kamu akan mengalami kesukaran, kamu akan menderita, kamu akan dianiaya, tetapi di dalam Aku, kamu akan memiliki damai sejahtera." Artinya, mereka akan menikmati damai sejahtera yang sangat indah di dalam Kristus. Saya bersyukur kepada Allah akan adanya damai sejahtera yang sangat indah di dalam hati ini. Di luar, kita berhadapan dengan masalah, konflik, kesukaran, kepahitan dan kecaman. Akan tetapi di dalam, ada damai sejahtera yang tak bisa diambil oleh orang lain.
Itulah sebabnya mengapa ketika berada di penjara, rasul Paulus bisa bersukacita. Saat kita mempelajari surat Filipi, kata kunci di surat itu adalah sukacita. Mengapa seseorang dapat memberi ucapan syukur saat berada di penjara? Karena adanya damai sejahtera yang luar biasa di dalam hati ini. Di luarnya, dunia sedang bergejolak, akan tetapi di dalam, hati Anda dijaga, dilindungi oleh damai sejahtera dari Allah. Kata Paulus di dalam Filipi 4:7, damai sejahtera melindungi hati kita seperti benteng.
Apakah Anda ingin menikmati damai sejahtera?
Inginkah Anda menikmati damai sejahtera hari ini? Dapatkah Anda berkata dengan setulus hati bahwa Anda bersedia? Maka pahami dan terapkanlah ketiga hukum rohani itu. Pahami bahwa tanpa kekudusan maka tidak akan ada damai sejahtera. Jadi, bereskanlah hubungan Anda dengan Allah. Bersihkanlah segala dosa. Akui segala dosa dan katakan, "Tuhan, ubahlah sikap hati saya. Mengapa saya begitu mencintai dosa? Jadikanlah saya mencintai apa yang baik, yang benar."
Dan yang kedua, pahami bahwa damai sejahtera itu hanya ada di dalam Kristus. Mendekatlah kepada-Nya; berpeganglah pada-Nya. Tanpa Dia, Anda tidak akan pernah memiliki damai sejahtera.
Dan yang ketiga, pahamilah bahwa damai sejahtera datang ke dunia ini hanya di dalam hati Anda. Ini karena di luar ada kejahatan. Yang baik dan yang jahat akan selalu bertentangan. Bersiaplah untuk masuk ke dalam konflik. Bersukacitalah di dalam konflik itu karena dengan demikian Anda tahu bahwa Anda berada di pihak yang baik dan pemihakan Anda diperhitungkan oleh mereka yang jahat, dan itulah sebabnya mereka yang jahat itu mulai menentang Anda.
Namun pastikanlah satu hal, dan saya mohon, jangan jadikan hidup Anda sebagai medan perang. Biarlah konflik itu terjadi di luar sana. Jangan biarkan konflik itu terjadi di dalam diri Anda'
Saya teringat ketika pertama kali saya bertemu dengan Kristus, saya bertemu dengan kedamaian. Di lapangan penjara Komunis China di Shenzhen, tak jauh dari perbatasan Hong Kong. Saya bertemu dengan Allah untuk pertama kalinya. Saya sudah sering bersaksi tentang kejadian pertama kali saya bertemu dengan Allah dan saat Dia menjawab seruan saya. Pengalaman pertama yang saya alami adalah damai sejahtera yang tak terlukiskan di dalam hati. Saya tidak memahaminya saat itu. Saya tidak mengerti tentang hukum-hukum rohani saat itu. Namun sekarang saya mengerti apa artinya semua itu, saat pertama kali Anda bertemu dengan Allah, itulah saat pertama kali Anda masuk ke dalam damai sejahtera.
Saya harap Anda akan sering merenungkan tentang ketiga hukum rohani itu. Ketiga hukum itu bisa mengubah hidup Anda. Dan jika Anda sudah memahami hal-hal tersebut, maka Anda tidak akan salah jalan di dalam kehidupan rohani Anda. Maka pesan yang disampaikan oleh para malaikat akan menjadi kenyataan di dalam hidup Anda. "Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya – yaitu orang-orang yang benar."